Ketahanan Sosial Gereja di Era Disrupsi
Menyelaraskan Nilai Kebenaran dan Respons Adaptif
Sebuah Analisis dan Kerangka Kerja Strategis untuk Sidang Sinode Am Gereja Protestan di Indonesia (GPI) 25 Juli 2025
Thema Utama: "Ujilah Segala Sesuatu Dan Peganglah Yang Baik" (1 Tesalonika 5:21)
Pendahuluan: Panggilan untuk Ketahanan di Tengah Gelombang Perubahan
Sidang Sinode Am (SSA) Gereja Protestan di Indonesia (GPI) tahun 2025 diselenggarakan di tengah sebuah zaman yang ditandai oleh perubahan yang bukan lagi bersifat gradual, melainkan disruptif. Era disrupsi adalah sebuah periode di mana inovasi teknologi dan model-model baru secara fundamental mengubah tatanan industri, bisnis, dan cara hidup manusia yang telah mapan.1 Gelombang perubahan ini tidak hanya terjadi di sektor ekonomi, tetapi juga merasuk ke dalam sendi-sendi kehidupan sosial dan spiritual jemaat, menantang relevansi dan daya tahan gereja sebagai persekutuan umat Allah.
Dalam konteks inilah, Sub-Thema "Ketahanan Sosial Gereja di Era Disrupsi: Menyelaraskan Nilai Kebenaran Dan Respons Adaptif Terhadap Dinamika Ekonomi Dan Teknologi” menjadi sebuah agenda yang mendesak dan strategis. Sub-Thema ini memanggil gereja untuk tidak sekadar bertahan, tetapi untuk secara proaktif membangun sebuah kapasitas kolektif yang memungkinkannya untuk beradaptasi, pulih, dan bahkan bertumbuh di tengah guncangan.3 Panggilan ini menuntut sebuah keseimbangan yang dinamis: di satu sisi, gereja harus berakar kuat pada "nilai kebenaran" Injil yang abadi, dan di sisi lain, ia harus mampu memberikan "respon adaptif" yang cerdas dan relevan terhadap dinamika zaman.
Dokumen ini disusun sebagai bahan analisis dan kerangka kerja untuk percakapan dan pengambilan keputusan dalam SSA GPI 2025. Dengan fokus yang tajam pada Sub-Thema, laporan ini bertujuan untuk:
- Mendefinisikan konsep ketahanan sosial dari perspektif teologis dan sosiologis.
- Menganalisis arena disrupsi ekonomi dan teknologi yang secara langsung menguji ketahanan sosial jemaat.
- Merumuskan strategi respons adaptif yang konkret dalam bidang diakonia dan pelayanan digital.
- Menyajikan rekomendasi kebijakan yang dapat menjadi panduan bagi GPI dan Gereja-Gereja Bagian Mandiri (GBM) di dalamnya.
Melalui analisis ini, diharapkan GPI dapat melangkah ke masa depan dengan visi yang jernih dan strategi yang kokoh, setia pada panggilannya sebagai garam dan terang dunia di tengah era yang penuh tantangan.
Bagian I: Mendefinisikan Ketahanan Sosial Gerejawi
Untuk membangun respons yang efektif, kita harus terlebih dahulu memahami secara mendalam apa yang dimaksud dengan "ketahanan sosial" dalam konteks gerejawi. Konsep ini, yang dipinjam dari ilmu sosial, memberikan sebuah lensa yang kuat untuk mendiagnosis kesehatan dan kapasitas adaptif gereja.
1.1. Perspektif Sosiologis: Kemampuan Komunitas untuk Bertahan dan Beradaptasi
Dalam ilmu sosiologi, ketahanan sosial (social resilience) merujuk pada kemampuan sebuah komunitas atau masyarakat untuk beradaptasi, bertahan, dan pulih dari situasi atau perubahan yang sulit.3 Sebuah komunitas dianggap memiliki ketahanan sosial yang tinggi jika ia mampu:
- Melindungi anggota-anggotanya yang paling rentan dari dampak perubahan.6
- Mengembangkan mekanisme yang efektif untuk mengelola konflik internal dan memelihara kerukunan.7
- Memelihara modal sosial, yaitu jaringan kepercayaan dan hubungan yang kuat di antara anggotanya.7
- Beradaptasi terhadap tekanan eksternal tanpa kehilangan fungsionalitas dan identitas dasarnya.4
Kerangka AGIL yang diperkenalkan oleh sosiolog Talcott Parsons dapat membantu kita memahami elemen-elemen fungsional dari sebuah sistem sosial yang tangguh, yaitu kemampuan untuk Adaptasi (Adaptation), pencapaian Tujuan (Goal attainment), Integrasi (Integration), dan Pemeliharaan Pola Nilai (Latency).3
1.2. Sintesis Teologis: Ketahanan Sosial sebagai Kapasitas Misioner
Dari perspektif iman Kristen, "Ketahanan Sosial Gerejawi" melampaui sekadar kemampuan bertahan hidup sebagai sebuah organisasi. Ini adalah sebuah kapasitas dinamis yang berakar pada kuasa Roh Kudus, yang memungkinkan gereja sebagai tubuh Kristus untuk:
- Beradaptasi dengan Hikmat: Secara kreatif menyesuaikan metode dan struktur pelayanannya (respon adaptif) untuk tetap relevan, tanpa mengorbankan esensi panggilannya.
- Berpegang pada Kebenaran: Secara setia memelihara, mengajarkan, dan mewariskan "nilai kebenaran" Injil dan pengakuan iman rasuli sebagai fondasi yang tak tergoyahkan.8
- Memperkuat Persekutuan (Koinonia): Terus-menerus memperkuat ikatan kasih, kepedulian, dan kesatuan di dalam Kristus, terutama saat menghadapi tekanan yang dapat memecah belah.
- Tetap Fokus pada Misi (Missio Dei): Tidak kehilangan fokus pada tujuan utamanya, yaitu berpartisipasi dalam misi Allah untuk memberitakan Injil (marturia) dan melayani dunia (diakonia).10
Dengan demikian, ketahanan sosial gerejawi bukanlah sikap yang defensif dan tertutup, melainkan sebuah ketahanan yang bersifat misioner. Adaptasi bukanlah tujuan akhir, melainkan sarana untuk kesaksian yang lebih berdaya dan pelayanan yang lebih berdampak di tengah dunia yang terus berubah.11 Proses membangun ketahanan ini menuntut gereja untuk secara terus-menerus melakukan apa yang menjadi Thema Utama Sinode:
"Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik" .
Bagian II: Arena Disrupsi – Tantangan terhadap Ketahanan Sosial Gereja
Ketahanan sosial gereja saat ini sedang diuji secara langsung oleh dua gelombang disrupsi utama: dinamika ekonomi dan percepatan teknologi.
2.1. Disrupsi Ekonomi: Kesenjangan dan Tantangan Kesejahteraan Jemaat
Perekonomian Indonesia menunjukkan daya tahan di tengah ketidakpastian global, dengan pertumbuhan yang didukung oleh konsumsi domestik.13 Namun, di balik itu, lanskap ekonomi digital yang bertumbuh pesat menciptakan tantangan-tantangan baru yang menguji ketahanan ekonomi jemaat:
- Pertumbuhan dan Paradoks Ekonomi Digital: Sektor-sektor seperti pembayaran digital, perdagangan daring, dan pinjaman daring diproyeksikan terus tumbuh secara signifikan hingga tahun 2025.14 Namun, pertumbuhan ini diiringi oleh fenomena
"tech winter" (penurunan investasi pada startup), PHK massal di sektor teknologi, dan perlambatan daya beli masyarakat, yang menandakan adanya koreksi dan ketidakpastian.14 - Kesenjangan Ganda (Double Divide): Tantangan utama bukanlah sekadar kesenjangan akses infrastruktur digital yang masih timpang antara Pulau Jawa dengan wilayah timur Indonesia (termasuk Maluku dan Papua).14 Terdapat kesenjangan kedua yang lebih subtil, yaitu
kesenjangan kapabilitas. Ini mencakup rendahnya literasi digital dan finansial, yang membuat jemaat rentan terhadap berbagai risiko meskipun memiliki akses internet.14 - Ancaman Pastoral Baru: Disrupsi ekonomi melahirkan masalah-masalah pastoral yang konkret. Maraknya pinjaman online ilegal telah menjerat banyak individu dalam lingkaran utang; OJK telah memblokir lebih dari 8.200 entitas hingga Agustus 2024.14 Di sisi lain, judi online telah menjadi pandemi terselubung dengan nilai transaksi yang terus meningkat.14 Hal ini secara langsung menggerus ketahanan finansial dan spiritual keluarga-keluarga Kristen.
- Pergeseran Ekonomi Lokal: Model bisnis konvensional seperti ojek pangkalan, taksi, dan pasar tradisional semakin terhimpit oleh platform digital.15 Pergeseran ini berdampak langsung pada mata pencaharian banyak anggota jemaat, menuntut mereka untuk beradaptasi atau berisiko terpinggirkan secara ekonomi.
2.2. Disrupsi Teknologi: Perubahan Komunitas dan Dilema Etis
Percepatan teknologi digital mengubah cara kita berkomunikasi, membangun relasi, dan membentuk komunitas. Hal ini menguji ketahanan relasional dan spiritual gereja:
- Peluang dan Risiko Pelayanan Digital: Teknologi digital membuka peluang luar biasa bagi gereja untuk menjangkau lebih banyak orang melalui ibadah daring, media sosial, dan berbagai platform lainnya.16 Namun, ada risiko
pendangkalan iman, di mana interaksi digital yang dangkal menggantikan kedalaman persekutuan tatap muka.18 Ibadah juga berisiko mengalami
komodifikasi, di mana pengalaman spiritual diperlakukan sebagai produk yang dapat dikonsumsi secara instan dan personal.11 - Tantangan Etis: Penggunaan teknologi baru seperti Kecerdasan Buatan (AI) dan pengumpulan data jemaat melalui aplikasi digital memunculkan dilema etis yang kompleks. Isu-isu seperti privasi data jemaat, penggunaan AI dalam konseling pastoral, dan potensi bias dalam algoritma menjadi pergumulan baru yang harus dijawab oleh gereja.18
- Perubahan Peran Kepemimpinan: Model kepemimpinan gereja yang tradisional, yang bersifat satu arah (ministry of proclamation), tidak lagi memadai di era di mana informasi mengalir dari segala arah. Para pemimpin gereja ditantang untuk bergeser menjadi fasilitator percakapan (ministry of conversation) dan kurator konten (ministry of curation), yaitu secara aktif membantu jemaat untuk "menguji" berbagai informasi dan ajaran yang mereka temui di dunia maya.20
Bagian III: Membangun Respons Adaptif – Strategi untuk Ketahanan
Menghadapi tantangan-tantangan tersebut, gereja dipanggil untuk mengembangkan respons adaptif yang berakar pada nilai kebenaran Injil. Bagian ini merumuskan dua strategi utama untuk membangun ketahanan sosial gereja.
3.1. Respons Ekonomi: Menggeser Paradigma Menuju Diakonia Transformatif
Untuk membangun ketahanan ekonomi jemaat, gereja perlu melakukan evaluasi kritis terhadap model pelayanan diakonia-nya. Studi kasus di lingkungan Gereja Protestan Maluku (GPM) menyoroti perlunya pergeseran dari model lama ke model yang lebih memberdayakan.21
- Dari Karitatif ke Transformatif:
- Diakonia Karitatif: Model "memberi ikan" yang berfokus pada bantuan darurat (misalnya, membagikan sembako). Model ini penting untuk situasi krisis, namun berisiko menciptakan ketergantungan.21
- Diakonia Reformatif: Model "memberi kail dan mengajar memancing" yang berfokus pada pembangunan kapasitas individu (misalnya, pelatihan keterampilan).22
- Diakonia Transformatif: Model "memastikan setiap orang punya hak dan akses yang adil ke kolam ikan". Fokusnya melampaui individu dan menyentuh sistem serta struktur yang tidak adil. Ini melibatkan penyadaran, pendampingan, dan advokasi untuk mengubah aturan atau sistem yang merugikan kaum lemah.21
- Tantangan dan Peluang: Implementasi diakonia transformatif tidak mudah. Ia menuntut kompetensi baru dalam analisis sosial, alokasi anggaran yang berpihak pada pemberdayaan, dan kepemimpinan pastoral yang berperan sebagai fasilitator, bukan manajer bisnis.23 Namun, potensinya sangat besar. Gereja dapat menjadi inkubator bagi kewirausahaan sosial, mendirikan koperasi jemaat, dan secara aktif mendukung kemandirian ekonomi jemaat sebagai bagian dari pelaksanaan misi Allah.23
Tabel 1: Perbandingan Model-Model Pelayanan Diakonia
Aspek | Diakonia Karitatif | Diakonia Reformatif | Diakonia Transformatif |
Fokus Utama | Bantuan darurat, meringankan penderitaan | Pembangunan kapasitas, kemandirian individu | Perubahan struktur, keadilan sistemik |
Metafora | Memberi ikan | Mengajar memancing | Menjamin akses yang adil ke kolam |
Peran Gereja | Pemberi bantuan | Pelatih, penyedia modal | Fasilitator, pendamping, advokat |
Potensi Risiko | Menciptakan ketergantungan | Mengabaikan akar masalah struktural | Dianggap terlalu politis, butuh kompetensi baru |
3.2. Respons Teknologi: Merangkul Ruang Digital dengan Kerangka Etis
Untuk membangun ketahanan spiritual dan relasional di era digital, gereja harus merangkul teknologi secara strategis, bukan sekadar reaktif. Ini menuntut adanya sebuah kerangka kerja etis yang jelas.
- PELUANG PELAYANAN: Gereja dapat memanfaatkan berbagai platform digital untuk pengajaran iman, penginjilan, pemuridan melalui kelompok-kelompok hibrida, dan menjangkau generasi baru.27
- KERANGKA KERJA ETIS: Adopsi teknologi harus dipandu oleh prinsip-prinsip teologis yang kokoh 29:
- Kebenaran dan Integritas: Gereja harus menjadi agen yang melawan hoaks dan disinformasi. Penggunaan AI, misalnya dalam persiapan khotbah, harus dilakukan secara transparan dan bertanggung jawab, di mana AI berfungsi sebagai alat bantu, bukan pengganti perenungan teologis.30
- Kasih dan Martabat Manusia: Prinsip kasih harus menuntun semua interaksi digital. Ini berarti secara aktif mencegah cyberbullying, melindungi privasi data jemaat dengan sangat serius, dan memastikan teknologi selalu digunakan untuk memanusiakan, bukan merendahkan sesama.28
- Keadilan dan Inklusivitas: Gereja harus memastikan bahwa adopsi teknologi tidak memperlebar kesenjangan, melainkan justru menjadi alat untuk menjangkau mereka yang terpinggirkan atau memiliki keterbatasan fisik.31
- Tanggung Jawab (Amanah): Para pemimpin gereja memiliki tanggung jawab pastoral untuk mendidik dan membimbing jemaat tentang cara menggunakan teknologi secara bijak, sehat, dan beretika.18
Bagian IV: Rekomendasi Strategis untuk Sidang Sinode Am
Berdasarkan analisis di atas, berikut adalah rekomendasi konkret yang dapat menjadi arah kebijakan bagi GPI dan panduan implementasi bagi GBM.
4.1. Arah Kebijakan di Tingkat Sinodal (GPI)
- Merumuskan Peta Jalan Diakonia Transformatif GPI: Membentuk tim kerja sinodal lintas-GBM untuk merumuskan panduan teologis dan praktis mengenai pergeseran menuju diakonia transformatif, serta merancang program pelatihan "literasi sistemik" bagi para pendeta dan aktivis diakonia.
- Mengembangkan Panduan Etika Digital Gerejawi: Mengamanatkan kepada Majelis Sinode Am (MSA) GPI untuk menyusun sebuah dokumen panduan etis yang komprehensif mengenai penggunaan teknologi digital, media sosial, dan AI dalam pelayanan, yang dapat diadaptasi oleh setiap GBM.
- Menginisiasi Sensus Digital Jemaat: Untuk mengatasi kesenjangan data, GPI perlu menginisiasi program bersama untuk memetakan tingkat aksesibilitas dan literasi digital jemaat di seluruh wilayah pelayanan. Data ini akan menjadi dasar bagi perumusan program yang lebih tepat sasaran.
- Memperkuat Peran GPI sebagai Fasilitator Pengetahuan: Mengoptimalkan peran fungsional GPI dengan menciptakan platform digital kolaboratif untuk pertukaran pengetahuan dan praktik-praktik terbaik (best practices) antar-GBM dalam membangun ketahanan sosial.
4.2. Panduan Implementasi di Tingkat Jemaat Lokal (GBM)
- Melakukan Diagnosis Ketahanan Sosial Lokal: Mendorong setiap Majelis Jemaat untuk melakukan diagnosis mandiri: Apa saja bentuk disrupsi yang paling dirasakan dampaknya oleh jemaat kita? Seberapa siap kita menghadapinya?
- Merintis Program Diakonia Transformatif Skala Kecil: Memulai satu program rintisan (pilot project) diakonia transformatif yang kontekstual, seperti lokakarya literasi keuangan digital, pembentukan kelompok usaha mikro, atau pendampingan UMKM jemaat.
- Membangun Komunitas Digital yang Sehat: Mengadopsi panduan etis digital dari sinodal dan secara proaktif memulai kelompok-kelompok diskusi (baik luring maupun daring) yang secara khusus "menguji" berbagai informasi yang beredar di dunia maya, sebagai wujud dari ministry of conversation and curation.
- Menginisiasi Program Mentoring Digital Antar-Generasi: Menjembatani kesenjangan digital dengan program "mentoring terbalik", di mana jemaat muda yang melek teknologi dipasangkan dengan jemaat senior untuk memberikan pelatihan personal.20
Penutup: Memegang yang Baik di Tengah Zaman yang Bergejolak
Era disrupsi bukanlah sebuah ancaman yang harus ditakuti, melainkan sebuah undangan dari Allah bagi gereja untuk kembali pada panggilan fundamentalnya: "ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik". Ini adalah momentum bagi GPI untuk membangun ketahanan sosial yang berakar pada iman, diwujudkan dalam persekutuan yang peduli, dan diekspresikan melalui pelayanan yang adaptif dan transformatif. Dengan berpegang pada keyakinan bahwa Kristus adalah Kepala Gereja yang sama, kemarin, hari ini, dan sampai selama-lamanya, GPI bersama seluruh GBM di dalamnya dapat melangkah maju dengan hikmat, keberanian, dan kesetiaan. Kiranya hikmat Tuhan menyertai seluruh proses dan keputusan dalam Sidang Sinode Am GPI 2025.
DAFTAR PUSTAKA
- Tata Gereja - Klasis GPM Pulau Ambon Utara, diakses Juni 25, 2025, https://kpaugpm.org/wp-content/uploads/2021/03/TATA-GEREJA.docx
- Strategi Gereja Memaksimalkan Tri Panggilan Gereja Pada Masa Pandemi Covid-19, diakses Juni 25, 2025, https://www.researchgate.net/publication/373542158_Strategi_Gereja_Memaksimalkan_Tri_Panggilan_Gereja_Pada_Masa_Pandemi_Covid-19
- Mengenal Era Disrupsi (Disruption Era) dan Strategi Menghadapinya - Ruangkerja, diakses Juni 25, 2025, https://www.ruangkerja.id/blog/perhatikan-hal-hal-ini-untuk-bertahan-di-era-disrupsi-disruption-era
- DEMSY JURA - Repositori Universitas Kristen Indonesia, diakses Juni 25, 2025, http://repository.uki.ac.id/6638/1/TeladandalamImanPengharapan.pdf
- Membangun Masyarakat Digital Yang Beretika: Mengintegrasikan Nilai-Nilai Kristen Di Era Teknologi Digital 5.0, diakses Juni 25, 2025, https://journal.sttsimpson.ac.id/index.php/DJCE/article/download/747/334/3598
- Sejarah Singkat Gpib | PDF - Scribd, diakses Juni 25, 2025, https://id.scribd.com/document/435487032/SEJARAH-SINGKAT-GPIB
- Analisis Exegesis Kata ἐΠΙΕΙΚὲΣ dan Implikasinya terhadap ..., diakses Juni 25, 2025, https://jonedu.org/index.php/joe/article/download/2797/2378/
- PELENGKAP KATEKISMUS HEIDELBERG Ajaran GKJTU - Heidelberger Katechismus, diakses Juni 25, 2025, https://www.heidelberger-katechismus.net/daten/File/Upload/PKH1-04Indonesia.pdf
- Kajian Alkitab Terhadap Fenomena Ibadah Metaverse - ResearchGate, diakses Juni 25, 2025, https://www.researchgate.net/publication/366632160_Kajian_Alkitab_Terhadap_Fenomena_Ibadah_Metaverse/fulltext/63ab9161c3c99660ebad628b/Kajian-Alkitab-Terhadap-Fenomena-Ibadah-Metaverse.pdf?origin=scientificContributions
- bankreport-laporan-tahunan-2024-532.pdf - Bank SulutGo, diakses Juni 25, 2025, https://www.banksulutgo.co.id/gambar/bankreport/bankreport-laporan-tahunan-2024-532.pdf
- Untitled - Repository STFT Jakarta, diakses Juni 25, 2025, https://repository.stftjakarta.ac.id/wp-content/uploads/2021/08/Webinar-GPI-23-Juni-2021-Dokumen.pdf
- PENGGUNAAN ARTIFICIAL INTELLIGENCE DALAM MEMPERSIAPKAN KHOTBAH YANG EFEKTIF - Jurnal STT Duta Panisal, diakses Juni 25, 2025, https://ejournal.sttdp.ac.id/aluciodei/article/download/139/113/435
- ALIRAN BARU : "Kristen PROGRESIF", apakah sesuai Alkitab ? • Forum - Jodoh Kristen, diakses Juni 25, 2025, https://www.jodohkristen.com/topic/5093/
- Statistik Daerah Provinsi Sulawesi Utara 2024 | PDF - Scribd, diakses Juni 25, 2025, https://id.scribd.com/document/861514517/Statistik-Daerah-Provinsi-Sulawesi-Utara-2024
- Sejarah Gereja Protestan Di Indonesia | PDF - Scribd, diakses Juni 25, 2025, https://id.scribd.com/doc/45289139/Sejarah-Gereja-Protestan-Di-Indonesia
- Gereja dalam Menghadapi Tantangan Sosial, Politik, dan Budaya dari Abad Ke Abad, diakses Juni 25, 2025, https://journal.aripafi.or.id/index.php/jbpakk/article/download/998/1394/5470
- REVITALISASI GEREJA: Bunga Rampai Pemikiran Kristen Kekinian - STT SAAT Institutional Repository, diakses Juni 25, 2025, https://repository.seabs.ac.id/bitstream/handle/123456789/1031/Revitalisasi%20Gereja%20-%20Bunga%20Rampai%20Pemikiran%20Kristen%20Kekinian.pdf?sequence=5&isAllowed=y
- Artificial Intelligence (AI) dalam Perspektif Agama dan Etika: Implikasi, Peluang, dan Tantangan - Program Pascasarjana, diakses Juni 25, 2025, https://pasca.uit-lirboyo.ac.id/artificial-intelligence-ai-dalam-perspektif-agama-dan-etika-implikasi-peluang-dan-tantangan/
- Translating the Great Commission - Barna Group, diakses Juli 11, 2025, https://shop.barna.com/products/translating-the-great-commission
- Teologis Killen & Beer, dan Whitehead, diakses Juni 25, 2025, https://ifrelresearch.org/index.php/jpat-widyakarya/article/download/4939/5029/21582
- Sinode Gereja Anggota PGI, diakses Juni 25, 2025, https://pgi.or.id/sinode-gereja-anggota-pgi/
- KETAHANAN SOSIAL MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF - (Studi Kasus di Kelurahan MARIO dan LETTE, Kecamatan Mariso - Neliti, diakses Juni 25, 2025, https://media.neliti.com/media/publications/52879-ID-ketahanan-sosial-masyarakat-dalam-perspe.pdf
- Kebudayaan Dalam Pandangan Kristen | PDF - Scribd, diakses Juni 25, 2025, https://id.scribd.com/document/556185065/Kebudayaan-Dalam-Pandangan-Kristen
- analisis peran pendeta dalam meningkatkan kualitas dan pemberdayaan ekonomi bagi jemaat masa kini - tentang jurnal, diakses Juni 25, 2025, https://humanisa.my.id/index.php/hms/article/download/380/446
- TINJAUAN TEOLOGIS: DIGITALISASI DAN TRANSFORMASI SPIRITUALITAS KRISTEN - tentang jurnal, diakses Juni 25, 2025, https://humanisa.my.id/index.php/hms/article/download/287/342
- PERJUMPAAN EKLESIOLOGI GPIB MULTIKULTURAL DENGAN EKLESIOLOGI TRANSDENOMINASIONAL ROGER HAIGHT TESIS Oleh STELLA YESSY EXLENTYA P - Universitas Kristen Duta Wacana, diakses Juni 25, 2025, https://repository.ukdw.ac.id/7212/1/57180018_bab1_bab6_daftar%20pustaka.pdf
- Outlook Ekonomi Digital 2025 - Celios, diakses Juni 25, 2025, https://celios.co.id/wp-content/uploads/2024/12/CELIOS_Outlook-Ekonomi-Digital-2025.pdf
- PERAN GEREJA TERHADAP EKONOMI JEMAAT DAN UPAYA GEREJA DALAM MENINGKATKAN PEMBERDAYAAN EKONOMI JEMAAT | Jurnal Pendidikan Sosial dan Humaniora, diakses Juni 25, 2025, https://publisherqu.com/index.php/pediaqu/article/view/626
- Spiritualitas di Era Digital: Pengaruh Teknologi terhadap Pengalaman Keagamaan Masyarakat Perspektif Filsafat, diakses Juni 25, 2025, https://ojs.nupalengaan.or.id/NAHNU/article/download/27/11/211
- Memaknai Koinonia dalam Ibadah Online Berdasarkan Kisah Para Rasul 2:42, diakses Juni 25, 2025, https://e-journal.sttikat.ac.id/index.php/magnumopus/article/download/328/143
- RESILIENSI KOMUNITAS DAN KERAWANAN PANGAN DI PEDESAAN ACEH - Open Journal Unimal, diakses Juni 25, 2025, https://ojs.unimal.ac.id/AAJ/article/download/4602/pdf
Ketahanan Sosial Gereja di Era Disrupsi
Menyelaraskan Nilai Kebenaran dan Respons Adaptif
Sebuah Analisis dan Kerangka Kerja Strategis untuk Sidang Sinode Am Gereja Protestan di Indonesia (GPI) 25 Juli 2025
Thema Utama: "Ujilah Segala Sesuatu Dan Peganglah Yang Baik" (1 Tesalonika 5:21)
Pendahuluan: Panggilan untuk Ketahanan di Tengah Gelombang Perubahan
Sidang Sinode Am (SSA) Gereja Protestan di Indonesia (GPI) tahun 2025 diselenggarakan di tengah sebuah zaman yang ditandai oleh perubahan yang bukan lagi bersifat gradual, melainkan disruptif. Era disrupsi adalah sebuah periode di mana inovasi teknologi dan model-model baru secara fundamental mengubah tatanan industri, bisnis, dan cara hidup manusia yang telah mapan.1 Gelombang perubahan ini tidak hanya terjadi di sektor ekonomi, tetapi juga merasuk ke dalam sendi-sendi kehidupan sosial dan spiritual jemaat, menantang relevansi dan daya tahan gereja sebagai persekutuan umat Allah.
Dalam konteks inilah, Sub-Thema "Ketahanan Sosial Gereja di Era Disrupsi: Menyelaraskan Nilai Kebenaran Dan Respons Adaptif Terhadap Dinamika Ekonomi Dan Teknologi” menjadi sebuah agenda yang mendesak dan strategis. Sub-Thema ini memanggil gereja untuk tidak sekadar bertahan, tetapi untuk secara proaktif membangun sebuah kapasitas kolektif yang memungkinkannya untuk beradaptasi, pulih, dan bahkan bertumbuh di tengah guncangan.3 Panggilan ini menuntut sebuah keseimbangan yang dinamis: di satu sisi, gereja harus berakar kuat pada "nilai kebenaran" Injil yang abadi, dan di sisi lain, ia harus mampu memberikan "respon adaptif" yang cerdas dan relevan terhadap dinamika zaman.
Dokumen ini disusun sebagai bahan analisis dan kerangka kerja untuk percakapan dan pengambilan keputusan dalam SSA GPI 2025. Dengan fokus yang tajam pada Sub-Thema, laporan ini bertujuan untuk:
- Mendefinisikan konsep ketahanan sosial dari perspektif teologis dan sosiologis.
- Menganalisis arena disrupsi ekonomi dan teknologi yang secara langsung menguji ketahanan sosial jemaat.
- Merumuskan strategi respons adaptif yang konkret dalam bidang diakonia dan pelayanan digital.
- Menyajikan rekomendasi kebijakan yang dapat menjadi panduan bagi GPI dan Gereja-Gereja Bagian Mandiri (GBM) di dalamnya.
Melalui analisis ini, diharapkan GPI dapat melangkah ke masa depan dengan visi yang jernih dan strategi yang kokoh, setia pada panggilannya sebagai garam dan terang dunia di tengah era yang penuh tantangan.
Bagian I: Mendefinisikan Ketahanan Sosial Gerejawi
Untuk membangun respons yang efektif, kita harus terlebih dahulu memahami secara mendalam apa yang dimaksud dengan "ketahanan sosial" dalam konteks gerejawi. Konsep ini, yang dipinjam dari ilmu sosial, memberikan sebuah lensa yang kuat untuk mendiagnosis kesehatan dan kapasitas adaptif gereja.
1.1. Perspektif Sosiologis: Kemampuan Komunitas untuk Bertahan dan Beradaptasi
Dalam ilmu sosiologi, ketahanan sosial (social resilience) merujuk pada kemampuan sebuah komunitas atau masyarakat untuk beradaptasi, bertahan, dan pulih dari situasi atau perubahan yang sulit.3 Sebuah komunitas dianggap memiliki ketahanan sosial yang tinggi jika ia mampu:
- Melindungi anggota-anggotanya yang paling rentan dari dampak perubahan.6
- Mengembangkan mekanisme yang efektif untuk mengelola konflik internal dan memelihara kerukunan.7
- Memelihara modal sosial, yaitu jaringan kepercayaan dan hubungan yang kuat di antara anggotanya.7
- Beradaptasi terhadap tekanan eksternal tanpa kehilangan fungsionalitas dan identitas dasarnya.4
Kerangka AGIL yang diperkenalkan oleh sosiolog Talcott Parsons dapat membantu kita memahami elemen-elemen fungsional dari sebuah sistem sosial yang tangguh, yaitu kemampuan untuk Adaptasi (Adaptation), pencapaian Tujuan (Goal attainment), Integrasi (Integration), dan Pemeliharaan Pola Nilai (Latency).3
1.2. Sintesis Teologis: Ketahanan Sosial sebagai Kapasitas Misioner
Dari perspektif iman Kristen, "Ketahanan Sosial Gerejawi" melampaui sekadar kemampuan bertahan hidup sebagai sebuah organisasi. Ini adalah sebuah kapasitas dinamis yang berakar pada kuasa Roh Kudus, yang memungkinkan gereja sebagai tubuh Kristus untuk:
- Beradaptasi dengan Hikmat: Secara kreatif menyesuaikan metode dan struktur pelayanannya (respon adaptif) untuk tetap relevan, tanpa mengorbankan esensi panggilannya.
- Berpegang pada Kebenaran: Secara setia memelihara, mengajarkan, dan mewariskan "nilai kebenaran" Injil dan pengakuan iman rasuli sebagai fondasi yang tak tergoyahkan.8
- Memperkuat Persekutuan (Koinonia): Terus-menerus memperkuat ikatan kasih, kepedulian, dan kesatuan di dalam Kristus, terutama saat menghadapi tekanan yang dapat memecah belah.
- Tetap Fokus pada Misi (Missio Dei): Tidak kehilangan fokus pada tujuan utamanya, yaitu berpartisipasi dalam misi Allah untuk memberitakan Injil (marturia) dan melayani dunia (diakonia).10
Dengan demikian, ketahanan sosial gerejawi bukanlah sikap yang defensif dan tertutup, melainkan sebuah ketahanan yang bersifat misioner. Adaptasi bukanlah tujuan akhir, melainkan sarana untuk kesaksian yang lebih berdaya dan pelayanan yang lebih berdampak di tengah dunia yang terus berubah.11 Proses membangun ketahanan ini menuntut gereja untuk secara terus-menerus melakukan apa yang menjadi Thema Utama Sinode:
"Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik" .
Bagian II: Arena Disrupsi – Tantangan terhadap Ketahanan Sosial Gereja
Ketahanan sosial gereja saat ini sedang diuji secara langsung oleh dua gelombang disrupsi utama: dinamika ekonomi dan percepatan teknologi.
2.1. Disrupsi Ekonomi: Kesenjangan dan Tantangan Kesejahteraan Jemaat
Perekonomian Indonesia menunjukkan daya tahan di tengah ketidakpastian global, dengan pertumbuhan yang didukung oleh konsumsi domestik.13 Namun, di balik itu, lanskap ekonomi digital yang bertumbuh pesat menciptakan tantangan-tantangan baru yang menguji ketahanan ekonomi jemaat:
- Pertumbuhan dan Paradoks Ekonomi Digital: Sektor-sektor seperti pembayaran digital, perdagangan daring, dan pinjaman daring diproyeksikan terus tumbuh secara signifikan hingga tahun 2025.14 Namun, pertumbuhan ini diiringi oleh fenomena
"tech winter" (penurunan investasi pada startup), PHK massal di sektor teknologi, dan perlambatan daya beli masyarakat, yang menandakan adanya koreksi dan ketidakpastian.14 - Kesenjangan Ganda (Double Divide): Tantangan utama bukanlah sekadar kesenjangan akses infrastruktur digital yang masih timpang antara Pulau Jawa dengan wilayah timur Indonesia (termasuk Maluku dan Papua).14 Terdapat kesenjangan kedua yang lebih subtil, yaitu
kesenjangan kapabilitas. Ini mencakup rendahnya literasi digital dan finansial, yang membuat jemaat rentan terhadap berbagai risiko meskipun memiliki akses internet.14 - Ancaman Pastoral Baru: Disrupsi ekonomi melahirkan masalah-masalah pastoral yang konkret. Maraknya pinjaman online ilegal telah menjerat banyak individu dalam lingkaran utang; OJK telah memblokir lebih dari 8.200 entitas hingga Agustus 2024.14 Di sisi lain, judi online telah menjadi pandemi terselubung dengan nilai transaksi yang terus meningkat.14 Hal ini secara langsung menggerus ketahanan finansial dan spiritual keluarga-keluarga Kristen.
- Pergeseran Ekonomi Lokal: Model bisnis konvensional seperti ojek pangkalan, taksi, dan pasar tradisional semakin terhimpit oleh platform digital.15 Pergeseran ini berdampak langsung pada mata pencaharian banyak anggota jemaat, menuntut mereka untuk beradaptasi atau berisiko terpinggirkan secara ekonomi.
2.2. Disrupsi Teknologi: Perubahan Komunitas dan Dilema Etis
Percepatan teknologi digital mengubah cara kita berkomunikasi, membangun relasi, dan membentuk komunitas. Hal ini menguji ketahanan relasional dan spiritual gereja:
- Peluang dan Risiko Pelayanan Digital: Teknologi digital membuka peluang luar biasa bagi gereja untuk menjangkau lebih banyak orang melalui ibadah daring, media sosial, dan berbagai platform lainnya.16 Namun, ada risiko
pendangkalan iman, di mana interaksi digital yang dangkal menggantikan kedalaman persekutuan tatap muka.18 Ibadah juga berisiko mengalami
komodifikasi, di mana pengalaman spiritual diperlakukan sebagai produk yang dapat dikonsumsi secara instan dan personal.11 - Tantangan Etis: Penggunaan teknologi baru seperti Kecerdasan Buatan (AI) dan pengumpulan data jemaat melalui aplikasi digital memunculkan dilema etis yang kompleks. Isu-isu seperti privasi data jemaat, penggunaan AI dalam konseling pastoral, dan potensi bias dalam algoritma menjadi pergumulan baru yang harus dijawab oleh gereja.18
- Perubahan Peran Kepemimpinan: Model kepemimpinan gereja yang tradisional, yang bersifat satu arah (ministry of proclamation), tidak lagi memadai di era di mana informasi mengalir dari segala arah. Para pemimpin gereja ditantang untuk bergeser menjadi fasilitator percakapan (ministry of conversation) dan kurator konten (ministry of curation), yaitu secara aktif membantu jemaat untuk "menguji" berbagai informasi dan ajaran yang mereka temui di dunia maya.20
Bagian III: Membangun Respons Adaptif – Strategi untuk Ketahanan
Menghadapi tantangan-tantangan tersebut, gereja dipanggil untuk mengembangkan respons adaptif yang berakar pada nilai kebenaran Injil. Bagian ini merumuskan dua strategi utama untuk membangun ketahanan sosial gereja.
3.1. Respons Ekonomi: Menggeser Paradigma Menuju Diakonia Transformatif
Untuk membangun ketahanan ekonomi jemaat, gereja perlu melakukan evaluasi kritis terhadap model pelayanan diakonia-nya. Studi kasus di lingkungan Gereja Protestan Maluku (GPM) menyoroti perlunya pergeseran dari model lama ke model yang lebih memberdayakan.21
- Dari Karitatif ke Transformatif:
- Diakonia Karitatif: Model "memberi ikan" yang berfokus pada bantuan darurat (misalnya, membagikan sembako). Model ini penting untuk situasi krisis, namun berisiko menciptakan ketergantungan.21
- Diakonia Reformatif: Model "memberi kail dan mengajar memancing" yang berfokus pada pembangunan kapasitas individu (misalnya, pelatihan keterampilan).22
- Diakonia Transformatif: Model "memastikan setiap orang punya hak dan akses yang adil ke kolam ikan". Fokusnya melampaui individu dan menyentuh sistem serta struktur yang tidak adil. Ini melibatkan penyadaran, pendampingan, dan advokasi untuk mengubah aturan atau sistem yang merugikan kaum lemah.21
- Tantangan dan Peluang: Implementasi diakonia transformatif tidak mudah. Ia menuntut kompetensi baru dalam analisis sosial, alokasi anggaran yang berpihak pada pemberdayaan, dan kepemimpinan pastoral yang berperan sebagai fasilitator, bukan manajer bisnis.23 Namun, potensinya sangat besar. Gereja dapat menjadi inkubator bagi kewirausahaan sosial, mendirikan koperasi jemaat, dan secara aktif mendukung kemandirian ekonomi jemaat sebagai bagian dari pelaksanaan misi Allah.23
Tabel 1: Perbandingan Model-Model Pelayanan Diakonia
Aspek | Diakonia Karitatif | Diakonia Reformatif | Diakonia Transformatif |
Fokus Utama | Bantuan darurat, meringankan penderitaan | Pembangunan kapasitas, kemandirian individu | Perubahan struktur, keadilan sistemik |
Metafora | Memberi ikan | Mengajar memancing | Menjamin akses yang adil ke kolam |
Peran Gereja | Pemberi bantuan | Pelatih, penyedia modal | Fasilitator, pendamping, advokat |
Potensi Risiko | Menciptakan ketergantungan | Mengabaikan akar masalah struktural | Dianggap terlalu politis, butuh kompetensi baru |
3.2. Respons Teknologi: Merangkul Ruang Digital dengan Kerangka Etis
Untuk membangun ketahanan spiritual dan relasional di era digital, gereja harus merangkul teknologi secara strategis, bukan sekadar reaktif. Ini menuntut adanya sebuah kerangka kerja etis yang jelas.
- PELUANG PELAYANAN: Gereja dapat memanfaatkan berbagai platform digital untuk pengajaran iman, penginjilan, pemuridan melalui kelompok-kelompok hibrida, dan menjangkau generasi baru.27
- KERANGKA KERJA ETIS: Adopsi teknologi harus dipandu oleh prinsip-prinsip teologis yang kokoh 29:
- Kebenaran dan Integritas: Gereja harus menjadi agen yang melawan hoaks dan disinformasi. Penggunaan AI, misalnya dalam persiapan khotbah, harus dilakukan secara transparan dan bertanggung jawab, di mana AI berfungsi sebagai alat bantu, bukan pengganti perenungan teologis.30
- Kasih dan Martabat Manusia: Prinsip kasih harus menuntun semua interaksi digital. Ini berarti secara aktif mencegah cyberbullying, melindungi privasi data jemaat dengan sangat serius, dan memastikan teknologi selalu digunakan untuk memanusiakan, bukan merendahkan sesama.28
- Keadilan dan Inklusivitas: Gereja harus memastikan bahwa adopsi teknologi tidak memperlebar kesenjangan, melainkan justru menjadi alat untuk menjangkau mereka yang terpinggirkan atau memiliki keterbatasan fisik.31
- Tanggung Jawab (Amanah): Para pemimpin gereja memiliki tanggung jawab pastoral untuk mendidik dan membimbing jemaat tentang cara menggunakan teknologi secara bijak, sehat, dan beretika.18
Bagian IV: Rekomendasi Strategis untuk Sidang Sinode Am
Berdasarkan analisis di atas, berikut adalah rekomendasi konkret yang dapat menjadi arah kebijakan bagi GPI dan panduan implementasi bagi GBM.
4.1. Arah Kebijakan di Tingkat Sinodal (GPI)
- Merumuskan Peta Jalan Diakonia Transformatif GPI: Membentuk tim kerja sinodal lintas-GBM untuk merumuskan panduan teologis dan praktis mengenai pergeseran menuju diakonia transformatif, serta merancang program pelatihan "literasi sistemik" bagi para pendeta dan aktivis diakonia.
- Mengembangkan Panduan Etika Digital Gerejawi: Mengamanatkan kepada Majelis Sinode Am (MSA) GPI untuk menyusun sebuah dokumen panduan etis yang komprehensif mengenai penggunaan teknologi digital, media sosial, dan AI dalam pelayanan, yang dapat diadaptasi oleh setiap GBM.
- Menginisiasi Sensus Digital Jemaat: Untuk mengatasi kesenjangan data, GPI perlu menginisiasi program bersama untuk memetakan tingkat aksesibilitas dan literasi digital jemaat di seluruh wilayah pelayanan. Data ini akan menjadi dasar bagi perumusan program yang lebih tepat sasaran.
- Memperkuat Peran GPI sebagai Fasilitator Pengetahuan: Mengoptimalkan peran fungsional GPI dengan menciptakan platform digital kolaboratif untuk pertukaran pengetahuan dan praktik-praktik terbaik (best practices) antar-GBM dalam membangun ketahanan sosial.
4.2. Panduan Implementasi di Tingkat Jemaat Lokal (GBM)
- Melakukan Diagnosis Ketahanan Sosial Lokal: Mendorong setiap Majelis Jemaat untuk melakukan diagnosis mandiri: Apa saja bentuk disrupsi yang paling dirasakan dampaknya oleh jemaat kita? Seberapa siap kita menghadapinya?
- Merintis Program Diakonia Transformatif Skala Kecil: Memulai satu program rintisan (pilot project) diakonia transformatif yang kontekstual, seperti lokakarya literasi keuangan digital, pembentukan kelompok usaha mikro, atau pendampingan UMKM jemaat.
- Membangun Komunitas Digital yang Sehat: Mengadopsi panduan etis digital dari sinodal dan secara proaktif memulai kelompok-kelompok diskusi (baik luring maupun daring) yang secara khusus "menguji" berbagai informasi yang beredar di dunia maya, sebagai wujud dari ministry of conversation and curation.
- Menginisiasi Program Mentoring Digital Antar-Generasi: Menjembatani kesenjangan digital dengan program "mentoring terbalik", di mana jemaat muda yang melek teknologi dipasangkan dengan jemaat senior untuk memberikan pelatihan personal.20
Penutup: Memegang yang Baik di Tengah Zaman yang Bergejolak
Era disrupsi bukanlah sebuah ancaman yang harus ditakuti, melainkan sebuah undangan dari Allah bagi gereja untuk kembali pada panggilan fundamentalnya: "ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik". Ini adalah momentum bagi GPI untuk membangun ketahanan sosial yang berakar pada iman, diwujudkan dalam persekutuan yang peduli, dan diekspresikan melalui pelayanan yang adaptif dan transformatif. Dengan berpegang pada keyakinan bahwa Kristus adalah Kepala Gereja yang sama, kemarin, hari ini, dan sampai selama-lamanya, GPI bersama seluruh GBM di dalamnya dapat melangkah maju dengan hikmat, keberanian, dan kesetiaan. Kiranya hikmat Tuhan menyertai seluruh proses dan keputusan dalam Sidang Sinode Am GPI 2025.
DAFTAR PUSTAKA
- Tata Gereja - Klasis GPM Pulau Ambon Utara, diakses Juni 25, 2025, https://kpaugpm.org/wp-content/uploads/2021/03/TATA-GEREJA.docx
- Strategi Gereja Memaksimalkan Tri Panggilan Gereja Pada Masa Pandemi Covid-19, diakses Juni 25, 2025, https://www.researchgate.net/publication/373542158_Strategi_Gereja_Memaksimalkan_Tri_Panggilan_Gereja_Pada_Masa_Pandemi_Covid-19
- Mengenal Era Disrupsi (Disruption Era) dan Strategi Menghadapinya - Ruangkerja, diakses Juni 25, 2025, https://www.ruangkerja.id/blog/perhatikan-hal-hal-ini-untuk-bertahan-di-era-disrupsi-disruption-era
- DEMSY JURA - Repositori Universitas Kristen Indonesia, diakses Juni 25, 2025, http://repository.uki.ac.id/6638/1/TeladandalamImanPengharapan.pdf
- Membangun Masyarakat Digital Yang Beretika: Mengintegrasikan Nilai-Nilai Kristen Di Era Teknologi Digital 5.0, diakses Juni 25, 2025, https://journal.sttsimpson.ac.id/index.php/DJCE/article/download/747/334/3598
- Sejarah Singkat Gpib | PDF - Scribd, diakses Juni 25, 2025, https://id.scribd.com/document/435487032/SEJARAH-SINGKAT-GPIB
- Analisis Exegesis Kata ἐΠΙΕΙΚὲΣ dan Implikasinya terhadap ..., diakses Juni 25, 2025, https://jonedu.org/index.php/joe/article/download/2797/2378/
- PELENGKAP KATEKISMUS HEIDELBERG Ajaran GKJTU - Heidelberger Katechismus, diakses Juni 25, 2025, https://www.heidelberger-katechismus.net/daten/File/Upload/PKH1-04Indonesia.pdf
- Kajian Alkitab Terhadap Fenomena Ibadah Metaverse - ResearchGate, diakses Juni 25, 2025, https://www.researchgate.net/publication/366632160_Kajian_Alkitab_Terhadap_Fenomena_Ibadah_Metaverse/fulltext/63ab9161c3c99660ebad628b/Kajian-Alkitab-Terhadap-Fenomena-Ibadah-Metaverse.pdf?origin=scientificContributions
- bankreport-laporan-tahunan-2024-532.pdf - Bank SulutGo, diakses Juni 25, 2025, https://www.banksulutgo.co.id/gambar/bankreport/bankreport-laporan-tahunan-2024-532.pdf
- Untitled - Repository STFT Jakarta, diakses Juni 25, 2025, https://repository.stftjakarta.ac.id/wp-content/uploads/2021/08/Webinar-GPI-23-Juni-2021-Dokumen.pdf
- PENGGUNAAN ARTIFICIAL INTELLIGENCE DALAM MEMPERSIAPKAN KHOTBAH YANG EFEKTIF - Jurnal STT Duta Panisal, diakses Juni 25, 2025, https://ejournal.sttdp.ac.id/aluciodei/article/download/139/113/435
- ALIRAN BARU : "Kristen PROGRESIF", apakah sesuai Alkitab ? • Forum - Jodoh Kristen, diakses Juni 25, 2025, https://www.jodohkristen.com/topic/5093/
- Statistik Daerah Provinsi Sulawesi Utara 2024 | PDF - Scribd, diakses Juni 25, 2025, https://id.scribd.com/document/861514517/Statistik-Daerah-Provinsi-Sulawesi-Utara-2024
- Sejarah Gereja Protestan Di Indonesia | PDF - Scribd, diakses Juni 25, 2025, https://id.scribd.com/doc/45289139/Sejarah-Gereja-Protestan-Di-Indonesia
- Gereja dalam Menghadapi Tantangan Sosial, Politik, dan Budaya dari Abad Ke Abad, diakses Juni 25, 2025, https://journal.aripafi.or.id/index.php/jbpakk/article/download/998/1394/5470
- REVITALISASI GEREJA: Bunga Rampai Pemikiran Kristen Kekinian - STT SAAT Institutional Repository, diakses Juni 25, 2025, https://repository.seabs.ac.id/bitstream/handle/123456789/1031/Revitalisasi%20Gereja%20-%20Bunga%20Rampai%20Pemikiran%20Kristen%20Kekinian.pdf?sequence=5&isAllowed=y
- Artificial Intelligence (AI) dalam Perspektif Agama dan Etika: Implikasi, Peluang, dan Tantangan - Program Pascasarjana, diakses Juni 25, 2025, https://pasca.uit-lirboyo.ac.id/artificial-intelligence-ai-dalam-perspektif-agama-dan-etika-implikasi-peluang-dan-tantangan/
- Translating the Great Commission - Barna Group, diakses Juli 11, 2025, https://shop.barna.com/products/translating-the-great-commission
- Teologis Killen & Beer, dan Whitehead, diakses Juni 25, 2025, https://ifrelresearch.org/index.php/jpat-widyakarya/article/download/4939/5029/21582
- Sinode Gereja Anggota PGI, diakses Juni 25, 2025, https://pgi.or.id/sinode-gereja-anggota-pgi/
- KETAHANAN SOSIAL MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF - (Studi Kasus di Kelurahan MARIO dan LETTE, Kecamatan Mariso - Neliti, diakses Juni 25, 2025, https://media.neliti.com/media/publications/52879-ID-ketahanan-sosial-masyarakat-dalam-perspe.pdf
- Kebudayaan Dalam Pandangan Kristen | PDF - Scribd, diakses Juni 25, 2025, https://id.scribd.com/document/556185065/Kebudayaan-Dalam-Pandangan-Kristen
- analisis peran pendeta dalam meningkatkan kualitas dan pemberdayaan ekonomi bagi jemaat masa kini - tentang jurnal, diakses Juni 25, 2025, https://humanisa.my.id/index.php/hms/article/download/380/446
- TINJAUAN TEOLOGIS: DIGITALISASI DAN TRANSFORMASI SPIRITUALITAS KRISTEN - tentang jurnal, diakses Juni 25, 2025, https://humanisa.my.id/index.php/hms/article/download/287/342
- PERJUMPAAN EKLESIOLOGI GPIB MULTIKULTURAL DENGAN EKLESIOLOGI TRANSDENOMINASIONAL ROGER HAIGHT TESIS Oleh STELLA YESSY EXLENTYA P - Universitas Kristen Duta Wacana, diakses Juni 25, 2025, https://repository.ukdw.ac.id/7212/1/57180018_bab1_bab6_daftar%20pustaka.pdf
- Outlook Ekonomi Digital 2025 - Celios, diakses Juni 25, 2025, https://celios.co.id/wp-content/uploads/2024/12/CELIOS_Outlook-Ekonomi-Digital-2025.pdf
- PERAN GEREJA TERHADAP EKONOMI JEMAAT DAN UPAYA GEREJA DALAM MENINGKATKAN PEMBERDAYAAN EKONOMI JEMAAT | Jurnal Pendidikan Sosial dan Humaniora, diakses Juni 25, 2025, https://publisherqu.com/index.php/pediaqu/article/view/626
- Spiritualitas di Era Digital: Pengaruh Teknologi terhadap Pengalaman Keagamaan Masyarakat Perspektif Filsafat, diakses Juni 25, 2025, https://ojs.nupalengaan.or.id/NAHNU/article/download/27/11/211
- Memaknai Koinonia dalam Ibadah Online Berdasarkan Kisah Para Rasul 2:42, diakses Juni 25, 2025, https://e-journal.sttikat.ac.id/index.php/magnumopus/article/download/328/143
- RESILIENSI KOMUNITAS DAN KERAWANAN PANGAN DI PEDESAAN ACEH - Open Journal Unimal, diakses Juni 25, 2025, https://ojs.unimal.ac.id/AAJ/article/download/4602/pdf