Berpihak pada Kebenaran: Panggilan Politisi Kristen

Bacaan: II Korintus 13:7-8

Pembacaan Alkitab: II Korintus 13:7-8 (TB)

“Kami berdoa kepada Allah, agar kamu jangan berbuat jahat, bukan supaya kami ternyata tahan uji, melainkan supaya kamu ini berbuat apa yang baik, sekalipun kami sendiri tampaknya tidak tahan uji. Karena kami tidak dapat berbuat apa-apa melawan kebenaran; yang dapat kami perbuat ialah untuk kebenaran.”

Pendahuluan

Saudara-saudari terkasih dalam Kristus, para pemimpin dan pelayan bangsa,

Dunia politik adalah sebuah arena yang penuh dengan tekanan, kepentingan, dan sering kali, tuntutan untuk berkompromi. Di tengah realitas ini, panggilan kita sebagai pengikut Kristus tidak pernah berubah: menjadi garam dan terang dunia (Matius 5:13-16). Namun, bagaimana kita bisa menjadi garam yang tidak menjadi tawar dan terang yang tidak meredup di tengah pusaran kekuasaan? Rasul Paulus melalui suratnya kepada jemaat di Korintus memberikan sebuah prinsip yang abadi dan sangat relevan bagi tugas pelayanan kita di panggung politik.

Renungan

1. Integritas di Atas Pencitraan (Ayat 7)

“Kami berdoa... supaya kamu ini berbuat apa yang baik, sekalipun kami sendiri tampaknya tidak tahan uji.”

Paulus mengungkapkan sebuah kerinduan yang luar biasa. Prioritas utamanya bukanlah agar citranya sebagai rasul terlihat baik atau "tahan uji" di mata jemaat. Prioritasnya adalah agar jemaat itu sendiri hidup dalam kebenaran dan melakukan apa yang baik.

Ini adalah sebuah tamparan keras bagi budaya politik modern yang sering kali terobsesi dengan pencitraan. Betapa mudahnya kita terjebak untuk membuat kebijakan atau pernyataan publik bukan karena itu yang paling benar atau paling menyejahterakan rakyat, melainkan karena itu yang paling populer dan akan membuat kita "terlihat baik".

Firman Tuhan hari ini memanggil kita untuk melakukan evaluasi hati:

  • Apakah motivasi di balik keputusan politik kita adalah untuk melakukan apa yang benar di mata Tuhan, atau untuk mengamankan posisi dan popularitas?
  • Apakah kita lebih takut kehilangan citra baik di mata publik daripada kehilangan perkenanan Tuhan?

Tuhan memanggil kita untuk memiliki integritas sejati—kesesuaian antara perkataan, perbuatan, dan kebenaran Firman Tuhan—bahkan jika itu berarti kita harus "tampak tidak tahan uji" atau tidak populer di mata dunia. Seperti yang tertulis dalam Amsal 11:3, "Orang yang jujur dipimpin oleh ketulusannya, tetapi pengkhianat dirusak oleh kecurangannya."

2. Kebenaran Tidak Dapat Dikalahkan, Jangan Melawannya (Ayat 8)

“Karena kami tidak dapat berbuat apa-apa melawan kebenaran; yang dapat kami perbuat ialah untuk kebenaran.”

Inilah puncak dari renungan kita dan prinsip yang harus kita pegang erat: Kebenaran Allah itu absolut dan berdaulat. Kita tidak bisa melawannya. Setiap upaya untuk menentang, memanipulasi, atau mengkompromikan kebenaran pada akhirnya akan gagal. Kita hanya punya dua pilihan: berpihak PADA kebenaran atau dihancurkan KARENA melawan kebenaran.

Di sinilah letak bahaya dari dosa kompromi. Kompromi sering dianggap sebagai sebuah "kebijaksanaan politik". Memang benar, dalam beberapa hal teknis dan negosiasi, kompromi diperlukan. Namun, ketika kompromi itu menyentuh prinsip-prinsip kebenaran ilahi—seperti keadilan, kejujuran, kekudusan, dan keberpihakan pada yang lemah—maka itu bukan lagi kebijaksanaan, melainkan pengkhianatan terhadap panggilan kita.

Contoh dosa kompromi dalam politik bisa beragam:

  • Mendiamkan praktik korupsi di lingkungan kita demi menjaga stabilitas koalisi.
  • Menyetujui undang-undang yang jelas-jelas merugikan rakyat kecil demi keuntungan segelintir elite.
  • Menggunakan kebohongan atau fitnah (hoax) sebagai senjata untuk menjatuhkan lawan politik.
  • Menukar prinsip iman demi jabatan atau proyek.

Setiap kali kita melakukan hal ini, kita sedang berusaha "melawan kebenaran". Ingatlah teladan Daniel, seorang pejabat tinggi yang lebih memilih dilempar ke gua singa daripada berkompromi dalam imannya kepada Allah (Daniel 6). Ia tahu bahwa kesetiaannya pada Kebenaran (Allah) lebih utama daripada kesetiaannya pada raja atau sistem politik mana pun. Tuhan Yesus sendiri menegaskan dalam Matius 5:37, "Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat."

Penerapan dan Doa

Sebagai politisi Kristen di Indonesia, kita dipanggil bukan hanya untuk menjadi administrator yang cakap, tetapi untuk menjadi agen-agen kebenaran di tengah bangsa. Panggilan kita adalah memperjuangkan keadilan, menyuarakan kebenaran, dan membuat kebijakan yang memancarkan kasih Kristus. Ini adalah tugas yang berat dan penuh risiko, namun kita tidak sendiri.

Mari kita berkomitmen hari ini:

  1. Periksa Hati: Selalu evaluasi motivasi kita. Apakah untuk kemuliaan Tuhan dan kebaikan bangsa, atau untuk kemuliaan diri sendiri?
  2. Tentukan Batas: Tetapkan prinsip-prinsip kebenaran Firman Tuhan yang tidak akan pernah kita kompromikan, apa pun taruhannya.
  3. Berani Berpihak: Ambillah sikap yang jelas untuk kebenaran, bahkan jika itu membuat kita tidak populer atau tersingkir.

Mari kita berdoa:

Ya Bapa di dalam Surga, kami bersyukur untuk Firman-Mu yang menjadi pelita bagi kaki kami dan terang bagi jalan kami. Kami mengaku, ya Tuhan, bahwa dunia politik sering kali menarik kami ke dalam area abu-abu, menekan kami untuk berkompromi dengan kebenaran-Mu demi keuntungan sesaat.

Ampunilah kami jika kami lebih sering memikirkan citra kami daripada integritas di hadapan-Mu. Ampunilah kami untuk setiap kompromi yang telah kami buat yang melawan kebenaran-Mu.

Hari ini, kami memohon kekuatan dari Roh Kudus-Mu. Berikan kami keberanian seperti Daniel, hikmat seperti Salomo, dan hati yang tulus seperti Paulus. Mampukan kami untuk selalu berbuat apa yang baik dan benar, bukan apa yang populer. Jadikan kami politisi yang tidak dapat berbuat apa-apa melawan kebenaran, tetapi yang segenap hidup dan kekuatannya dipakai untuk membela kebenaran.

Biarlah melalui pelayanan kami, nama-Mu dipermuliakan dan Kerajaan-Mu dinyatakan di tengah bangsa Indonesia. Dalam nama Tuhan Yesus Kristus, kami berdoa. Amin.



Masuk untuk meninggalkan komentar