SALING MENOPANG.

Bacaan: I Tesalonika 3: 1-7 (sesuai SBU).

Nas: “Itulah sebabnya, ketika tidak dapat tahan lagi, aku mengirim dia, supaya aku tahu tentang imanmu, karena aku khawatir kalau-kalau kamu telah dicobai oleh si penggoda dan kalau-kalau usaha kami menjadi sia-sia.” (ay.5).


Ketika Paulus masih berada di Tesalonika, ia telah mengatakan bahwa jemaat Tesalonika akan mengalami kesusahan. Kesusahan sebagai konsekwensi iman mereka, benar-benar terjadi.  Paulus menjadi khawatir tentang keadaan itu, jangan sampai jemaat Tesalonika digoda iblis, sehingga pelayanan yang telah dilakukannya menjadi sia-sia (ay.5).


Karena itu Paulus mengutus Timotius, rekan sekerjanya untuk melihat langsung keadaan jemaat. Karena  mereka perlu ditopang dan butuh pendampingan dalam menghadapi kondisi itu, untuk menguatkan dan memberi dorongan bagi iman mereka. Setelah Timotius pergi, ia menyaksikan keadaan mereka tetap teguh dalam iman dan kasih. Paulus dalam penderitaannya menjadi terhibur mendengar keadaan mereka (ay.1-4,6-7). 


Suka duka, kesusahan kegembiraan, kegagalan dan sukses merupakan hal yang dialami setiap manusia, keluarga bahkan dalam pelayanan. Dalam kondisi seperti ini dibutuhkan perhatian dan kepedulian satu terhadap yang lain. Ada saudara-saudara yang membutuhkan bantuan, topangan dan pendampingan dalam kesusahan mereka.


Belajar dari firman ini, dibutuhkan kepekaan kita dalam kondisi-kondisi seperti ini. Karena hidup di dunia adalah hidup dalam krbersamaan yang saling menopang. Kita dapat melakukan itu dengan kemampuan, dan apa yang ada pada kita. Jangan hidup egois hanya memperhatikan kepentingan sendiri. Kita patut saling menopang. Kristus memberi hidup-Nya  untuk menopang kita yang tidak berdaya. Ia peduli dan solider dengan kita. Ia selalu mendampingi kita dalam setiap keadaan kita.


Doa: Bimbinglah kami untuk hidup saling menopang satu terhadap yang lain. AMIN.


SELAMAT BERAKTIVITAS (siz).
Pdt. Sealthiel Izaak STh.,MSi.
Elya G. Muskitta Elya Muskitta Sinode Am GPI Renungan Online

Elya G. Muskitta Elya Muskitta Sinode Am GPI Renungan Online

Masuk untuk meninggalkan komentar