LOGIKA TUHAN DIBALIK PENDERITAAN

BACAAN: YESAYA 48

Pembacaan Alkitab: Yesaya 48:1-22

Syalom, Bapak, Ibu, dan Saudara-saudari yang terkasih di dalam nama Tuhan Yesus Kristus.

Pagi ini, kita akan merenungkan satu pasal yang luar biasa dari kitab Yesaya, yaitu Yesaya 48. Pasal ini ditulis dalam konteks bangsa Israel yang berada di pembuangan Babel. Mereka adalah umat pilihan, yang menyandang nama Tuhan, namun hidup mereka jauh dari kebenaran. Mereka keras kepala, atau dalam bahasa Alkitab yang gamblang, "lehermu adalah urat besi dan dahimu adalah tembaga" (ayat 4).

Mungkin saat kita membacanya, kita berpikir, "Kasihan sekali bangsa Israel." Tapi mari kita berhenti sejenak dan berkaca. Jangan-jangan, Tuhan sedang berbicara kepada kita hari ini, gereja-Nya di abad ke-21.

Dari Yesaya 48, ada tiga kebenaran besar yang ingin Tuhan sampaikan kepada kita di tengah "Babel" modern kita.

1. Bahaya Kenyamanan dalam Identitas Tanpa Realitas (Ayat 1-2)

"Dengarkanlah firman ini, hai kaum keturunan Yakub, yang menyebutkan dirinya dengan nama Israel ... yang bersumpah demi nama TUHAN dan mengakui Allah Israel—tetapi bukan dengan sungguh-sungguh dan bukan dengan tulus hati— ... mereka menamakan dirinya menurut kota yang kudus dan mereka bersandarkan kepada Allah Israel, yang nama-Nya TUHAN semesta alam."

Saudara-saudara yang terkasih, inilah teguran pertama yang keras. Bangsa Israel bangga dengan status mereka. Mereka berkata, "Kami umat Tuhan! Kami dari Yerusalem, kota yang kudus!" Mereka melakukan ritual keagamaan, mereka menyebut nama Tuhan, tetapi hati mereka tidak ada di sana. Iman mereka hanya sebatas di bibir, sebatas identitas di "KTP" rohani mereka.

Bagaimana dengan kita hari ini? Sangat mudah bagi kita untuk terjebak dalam kenyamanan yang sama. Kita datang ke gereja setiap Minggu, kita melayani, kita mungkin hafal beberapa ayat Alkitab, dan kita dengan bangga menyebut diri kita Kristen. Tapi pertanyaannya adalah: apakah hidup kita selaras dengan nama yang kita sandang?

Apakah di kantor, kita dikenal sebagai pribadi yang berintegritas, atau sama saja dengan dunia? Apakah dalam bisnis kita, kita jujur dan adil, atau kita menghalalkan segala cara demi keuntungan? Apakah di media sosial, perkataan kita membangun dan memuliakan Tuhan, atau justru menyebarkan kebencian dan kesombongan?

Tuhan tidak tertarik dengan label "Kristen" kita. Dia mencari realitas Kristus di dalam kita. Peringatan pertama ini mengajak kita untuk memeriksa hati: jangan sampai kita menjadi orang Kristen "label", yang bersandar pada status, bukan pada substansi iman yang sejati.

2. Api Pemurnian di Tengah "Tanur Penindasan" (Ayat 10)

"Sesungguhnya, Aku telah memurnikan engkau, namun bukan seperti perak; Aku telah menguji engkau dalam tanur penindasan."

Ini adalah salah satu ayat yang paling dalam di pasal ini. Tuhan mengizinkan umat-Nya mengalami "tanur penindasan" atau "dapur kesengsaraan" di Babel. Mengapa? Bukan untuk menghancurkan mereka, tetapi untuk memurnikan mereka.

Perhatikan, Tuhan tidak berkata, "Aku memurnikan engkau seperti perak." Pemurnian perak bertujuan untuk mendapatkan logam murni dan membuang semua yang lain. Jika Tuhan melakukan itu pada kita, tidak akan ada yang tersisa dari kita, karena kita semua adalah orang berdosa.

Sebaliknya, Dia berkata, "Aku telah menguji engkau dalam tanur penindasan." Artinya, penderitaan, kesulitan, kekecewaan, dan tantangan hidup yang kita alami—"Babel" kita—adalah alat di tangan Tuhan yang berdaulat. Krisis keuangan, sakit penyakit, masalah keluarga, tekanan pekerjaan; semua itu adalah "tanur" yang Tuhan pakai untuk membakar habis kesombongan kita, ketergantungan kita pada diri sendiri, dan berhala-berhala modern yang kita sembah.

Tujuannya? Ayat 11 menjelaskannya: "Aku akan melakukannya oleh karena Aku, ya oleh karena Aku sendiri, sebab masakan nama-Ku akan dinajiskan? Aku tidak akan memberikan kemuliaan-Ku kepada yang lain."

Tuhan memurnikan kita bukan pertama-tama demi kita, tetapi demi kemuliaan nama-Nya. Saat kita melewati kesulitan dengan iman yang teguh, dunia melihat bahwa Allah kita hidup dan berkuasa. Jadi, jika hari ini Saudara berada di dalam "tanur penindasan," jangan putus asa. Pandanglah itu sebagai proses pemurnian dari Bapa yang mengasihi kita, yang sedang membentuk kita agar semakin serupa dengan Kristus, demi kemuliaan-Nya.

3. Panggilan untuk Keluar dan Mengalami Damai Sejahtera (Ayat 17-18, 20)

Inilah klimaks dari pesan Tuhan:

"Beginilah firman TUHAN, Penebusmu, Yang Mahakudus, Allah Israel: "Akulah TUHAN, Allahmu, yang mengajar engkau tentang apa yang memberi faedah, yang menuntun engkau di jalan yang harus kautempuh. Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka damai sejahteramu akan seperti sungai, dan kebahagiaanmu akan seperti gelombang-gelombang laut."

Dan panggilannya sangat jelas di ayat 20: "Keluarlah dari Babel, larilah dari antara orang Kasdim!"

Saudara-saudara terkasih, panggilan ini relevan bagi kita hari ini. "Babel" modern mungkin bukan sebuah kota di Irak. "Babel" kita adalah sistem nilai dunia yang menawan kita.

  • Babel Materialisme, yang mengajarkan bahwa kebahagiaan terletak pada harta dan kepemilikan.
  • Babel Hedonisme, yang berkata bahwa tujuan hidup adalah kesenangan sesaat.
  • Babel Individualisme, yang mendorong kita untuk fokus pada diri sendiri dan mengabaikan orang lain.
  • Babel Kebergantungan pada Teknologi, yang membuat kita mencari validasi dari "likes" dan komentar, bukan dari Tuhan.

Tuhan memanggil kita: "Keluarlah!" Ini adalah panggilan untuk pertobatan aktif. Tinggalkan cara berpikir Babel. Tinggalkan gaya hidup Babel. Larilah dari kompromi-kompromi Babel.

Dan lihatlah janji yang menyertainya: damai sejahtera seperti sungai. Bukan damai sejahtera seperti kolam yang tenang tapi bisa keruh dan kering. Tetapi seperti sungai yang terus mengalir, jernih, dan memberi kehidupan. Inilah damai sejahtera sejati yang hanya datang dari ketaatan kepada Firman Tuhan. Dunia menjanjikan kebahagiaan, tetapi pada akhirnya "tidak ada damai sejahtera bagi orang-orang fasik" (ayat 22). Tuhan menjanjikan damai sejahtera sejati melalui jalan ketaatan.

Ajakan dan Penutup

Saudara-saudariku yang dikasihi Tuhan, Firman Tuhan hari ini menantang kita secara langsung.

  1. Mari periksa diri kita, apakah iman kita hanya sebatas identitas atau sebuah realitas yang hidup?
  2. Saat kita berada dalam kesulitan, pandanglah itu sebagai tanur pemurnian Tuhan untuk kemuliaan-Nya.
  3. Dengarlah panggilan-Nya hari ini: "Keluarlah dari 'Babel'-mu!" Identifikasi apa yang menjadi "Babel" dalam hidupmu—dosa, kebiasaan buruk, pola pikir duniawi—dan buatlah komitmen untuk meninggalkannya.

Jalan yang Tuhan tawarkan bukanlah jalan yang mudah, tetapi itu adalah satu-satunya jalan yang menuju pada damai sejahtera yang sejati, yang mengalir seperti sungai. Mari kita datang kepada-Nya, Penebus kita, dan membiarkan Dia menuntun kita keluar dari segala bentuk perbudakan modern, menuju kehidupan yang berkelimpahan di dalam Dia.

Mari kita berdoa.

Tuhan Yesus, Bapa kami di Surga. Terima kasih untuk Firman-Mu yang keras namun penuh kasih dari Yesaya 48. Ampuni kami, ya Tuhan, jika kami seringkali puas dengan status sebagai orang Kristen tanpa menghidupi kebenarannya. Ampuni kami jika kami bersungut-sungut di dalam tanur penindasan, lupa bahwa Engkau sedang memurnikan kami demi kemuliaan-Mu. Hari ini, kami mendengar panggilan-Mu untuk keluar dari 'Babel' kami. Tunjukkan pada kami berhala-berhala dalam hidup kami, dan berikan kami kekuatan oleh Roh Kudus-Mu untuk meninggalkannya dan berlari kepada-Mu. Kami merindukan damai sejahtera yang seperti sungai itu, ya Tuhan. Bentuklah kami, pakailah kami, demi kemuliaan nama-Mu. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus kami berdoa. Amin.


Masuk untuk meninggalkan komentar