Nas: ”Jadi bagaimana, jika di antara mereka ada yang tidak setia, dapatkah ketidaksetiaan itu membatalkan kesetiaan Allah?” (ay.3).
Orang-orang Yahudi memahami diri mereka sebagai milik Allah, tetapi mereka tidak hidup dalam identitas sebagai umat pilihan Allah. Mereka memahami Allah itu penuh kasih. Karena itu walaupun mereka hidup dalam dosa, Allah tetap sayang pada mereka. Namun kebaikan dan kesetiaan Allah, tidak berarti Allah setuju dengan dosa mereka. Siapa pun yang bersalah pasti menerima hukuman (Rm 2:4-8).
Sekali pun umat-Nya hidup tidak setia, namun kesetiaan Allah sama sekali tidak berubah. Semua itu dilakukan-Nya, sebab Allah adalah benar, sedangkan manusia adalah pembohong. Kesetiaan Allah itu kekal dan sempurna walaupun Israel tidak setia. Kesetiaan Allah menarik manusia untuk bertobat supaya manusia diselamatkan (ay.3-4).
Dengan kesetiaan-Nya, tidak berarti Allah setuju dengan dosa, dan karena itu berkompromi dengan kejahatan. Kesetiaan-Nya terus dan terus dinyatakan supaya kita menerima kehidupan di dalam Dia. Karena Allah tidak menghendaki kebinasaan manusia ciptaan-Nya. Kehendak-Nya supaya semua manusia diselamatkan.
Apakah kita menyadari bahwa jika kita masih hidup sampai saat ini, karena kesetiaan-Nya? Ataukah kita meremehkannya dan menganggap itu sebagai sesuatu yang biasa dan rutin? Walaupun kita gagal dan terus gagal, namun karena kesetiaan-Nya, Ia terus membimbing kita supaya kita bertobat. Kesetiaan-Nya nyata di dalam Yesus. Karena kesetiaan-Nya, Ia rela mati untuk kita, supaya kita menjadi anak-anak-Nya yang setia kepada-Nya (Yoh 3:16).
Doa: Terima kasih Tuhan untuk kesetiaan-Mu yang tidak berubah. Karena kesetiaan-Mu itu, kami Engkau pelihara dan selamatkan.
SELAMAT BERAKTIVITAS (siz).
Pdt. Sealthiel Izaak STh.,MSi.
Elya G. Muskitta | Elya Muskitta
KESETIAAN ALLAH TIDAK BERUBAH.