Nas: “bukankah kamu telah membuat pembedaan di antara sesamamu dan bertindak sebagai hakim dengan pikiran yang jahat? (ay.4).
Bacaan kita berbicara, bahwa dalam kehidupan bersama, sebagai orang beriman hendaknya kita tidak membuat pembedaan di antara sesama. Dalam hal ini orang percaya jangan memandang muka berdasarkan penampilan, atau status sosial. Tak boleh ada pembedaan perlakuan, terhadap orang kaya dan miskin di dalam persekutuan. Karena dihadapan Allah semua manusia sama. Allah justru memilih orang miskin untuk menjadi kaya dalam iman (ay.1-3).
Dengan membuat pembedaan perlakuan, yang kaya disambut dengan penuh hormat, sementara yang miskin diabaikan, manusia (kita) telah bertindak sebagai hakim. Allah justru memilih orang-orang yang dianggap miskin untuk menjadi ahli waris kerajaan yang dijanjikan-Nya. Orang-orang kaya yang dihormati, bukankah justru mereka yang menindas sesama? Iman yang sejati tidak memandang muka.
Apa yang dikatakan Yakobus masih terjadi dalam kehidupan pada umumnya, termasuk dalam persekutuan orang percaya. Kita masih suka membeda-bedakan orang berdasarkan penampilan dan status sosial. Kepada orang kaya, yang berkedudukan kita beri penghormatan, sedangkan orang-orang miskin disepelekan.
Orang yang beriman kepada Yesus (“iman sejati”), seharusnya tidak bersikap demikian.
Kesejatian iman kita akan terlihat apakah kita membeda-bedakan manusia. Dihadapan Allah, kedudukan kita, (siapa pun kita) adalah sama. Maka kita perlu membangun kehidupan iman yang sejati. Allah tidak membeda-bedakan manusia. Ia menderia untuk semua. Ia menyelamatkan orang-orang terhormat dan kaya, tapi juga yang miskin. Mari kita melakuan itu dalam kehidupan setiap hari dalam rumah tangga, persekutuan jemaat dan ditengah masyarakat.
Doa: Tuhan, berilah iman yang sejati, supaya kami tidak membeda-bedakan sesama. AMIN.
SELAMAT BERAKTIVITAS (siz).
Pdt. Sealthiel Izaak STh.,MSi.
Elya G. Muskitta Elya Muskitta Sinode Am GPI Gereja Bersaudara Renungan Online
JANGAN MEMBUAT PEMBEDAAN DI ANTARA SESAMAMU.