Diklat Kepejabatan Sinode GPI Papua: Membangun Gereja yang Kokoh di Tengah Dunia yang Berubah

Jakarta, 16 September 2025 — Sinode Gereja Protestan di Indonesia (GPI) Papua sukses menyelenggarakan Diklat Kepejabatan dengan tema “Gereja yang Kokoh di Tengah Dunia yang Berubah” di Hotel Mercure Tamansari, Jakarta, pada 8–16 September 2025. Kegiatan ini diikuti oleh puluhan pendeta, penatua, dan pemimpin jemaat dari berbagai klasis di wilayah Papua dan Papua Barat. Diklat ini bertujuan meningkatkan mutu, keahlian, dan integritas pelayanan para pejabat gerejawi agar mampu menjawab tantangan kontekstual di era disrupsi.

Acara dibuka secara resmi oleh Ketua Umum Majelis Pekerja Sinode GPI Papua, Pdt. Donald E. Salima, S.Th, SE, MM, yang menekankan pentingnya gereja menjadi institusi yang tidak hanya setia pada nilai-nilai Injil, tetapi juga responsif terhadap dinamika sosial, ekonomi, politik, dan teknologi. “Di tengah perubahan yang cepat, gereja harus tetap kokoh dalam iman, namun juga adaptif dalam pelayanan,” ujarnya. Diklat ini menghadirkan narasumber nasional dan akademisi ternama, termasuk Ibu Yenny Wahid, Pdt. Prof. Izak Y.M. Lattu, Ph.D, Bapak Ahmad Riza Patria (Wakil Menteri Desa dan PDT), Dr. Theo Litaay (Staff Kantor Staff Presiden), Pdt. Henrek Lokra (Sekretaris Umum Sinode Am Gereja Protestan di Indonesia), Ketua Umum Sinode Gereja Protestan Maluku, Pdt. Elifas Tomix Maspaitella,   Ketua Umum PGI Pdt. Jacklevyn F. Manuputty, Pdt. Hari Sudjatmiko (Direktur Pusat Pelatihan Misi Terpadu - Gereja Kristus Yesus) serta Bapak Elya Muskitta yang menyampaikan materi kunci tentang Digitalisasi dan Pelayanan Gereja.


Selama sembilan hari, peserta mengikuti rangkaian sesi yang mencakup kepemimpinan gerejawi, rekonsiliasi sosial, pengelolaan sumber daya alam, strategi ekonomi berbasis lokal, hingga transformasi digital dalam pelayanan. Materi disampaikan melalui talk show, diskusi panel, dan refleksi teologis yang relevan dengan konteks Papua. Menurut Pdt. Bayanangky A. Lewier, M.Th, Sekretaris Majelis Pekerja Sinode GPI Papua yang juga terlibat dalam panitia, diklat ini dirancang sebagai wadah pembelajaran dan penyusunan komitmen bersama untuk penguatan pelayanan gereja di masa depan.

Penutupan Diklat Kepejabatan ditandai dengan ibadah syukur dan seremonial resmi pada 16 September 2025. 

Dengan semangat “Gereja yang Kokoh di Tengah Dunia yang Berubah”, peserta pulang membawa bukan hanya ilmu, tetapi juga tekad untuk mewujudkan gereja yang berintegritas, inklusif, dan berdampak nyata di tengah masyarakat Papua.


Masuk untuk meninggalkan komentar