Panduan Rinci Pelaksanaan Bagian 5 - Tahap 1

Pemetaan Konteks (Context Mapping)


Tujuan Tahap

Tahap Pemetaan Konteks (Context Mapping) adalah langkah fundamental dalam proses Perencanaan Strategis Agile.

Tujuannya adalah untuk membangun sebuah pemahaman bersama yang mendalam, jujur, dan berbasis data mengenai medan pelayanan Gereja Protestan di Indonesia (GPI) saat ini.

Proses ini dibagi menjadi dua sesi: analisis lingkungan eksternal (apa yang terjadi di luar gereja) dan analisis lingkungan internal (apa yang terjadi di dalam gereja).


Bagian 1: Panduan Step-by-Step Pelaksanaan


Sesi 1: Analisis Lingkungan Eksternal (Menggunakan Kerangka PESTEL)

Tujuan Sesi: Memindai dan mengidentifikasi tren serta kekuatan makro eksternal yang menjadi Peluang (Opportunities) dan Ancaman (Threats) bagi pelayanan GPI.


Langkah 1.1: Pengantar dan Penjelasan Kerangka PESTEL (15 menit)
  • Aktivitas: Fasilitator Utama membuka sesi dan memperkenalkan kerangka PESTEL sebagai alat untuk "memindai cakrawala". Fasilitator menjelaskan setiap kategori:

​■       Politik (misal: polarisasi pasca-pemilu) 

​■       Ekonomi (misal: gelombang PHK, inflasi) 

​■       Sosial (misal: pengangguran pemuda, isu kesehatan mental) 

​■       Teknologi (misal: akselerasi AI, kesenjangan digital) 

​■       Ekologi/Lingkungan (misal: krisis ekologis, industri ekstraktif) 

​■       Legal/Hukum (misal: perubahan regulasi) 

  • Tujuan: Memastikan semua peserta memiliki pemahaman yang sama tentang alat analisis yang akan digunakan.
Langkah 1.2: Curah Pendapat (Brainstorming) Kelompok (45 menit)

○       Aktivitas: Peserta dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil. Setiap kelompok melakukan curah pendapat mengenai tren, peristiwa, atau kekuatan signifikan untuk setiap kategori PESTEL dalam konteks Indonesia 2025-2030, berdasarkan data dan pengalaman mereka.1 Hasilnya ditulis pada papan tulis atau papan digital.

○       Tujuan: Mengumpulkan sebanyak mungkin data dan persepsi mengenai lingkungan eksternal dari berbagai sudut pandang.

Langkah 1.3: Klasifikasi sebagai Peluang atau Ancaman (20 menit)

○       Aktivitas: Setiap kelompok mendiskusikan dan memberi label pada setiap poin yang mereka identifikasi sebagai Peluang (tren yang dapat dimanfaatkan oleh gereja) atau Ancaman (tren yang dapat menghambat atau membahayakan pelayanan gereja).1

○       Tujuan: Menerjemahkan data mentah menjadi wawasan strategis awal.

○       Ilustrasi:

■       Poin: "Tingkat pengangguran pemuda mencapai angka kritis".1 Klasifikasi: Ancaman (bencana demografi).

■       Poin: "Krisis ekonomi memunculkan momentum kepedulian sosial".1 Klasifikasi: Peluang (untuk Diakonia Transformatif).

Langkah 1.4: Presentasi dan Konsolidasi Pleno (40 menit)

○       Aktivitas: Setiap kelompok mempresentasikan 2-3 Peluang dan Ancaman terpenting yang mereka identifikasi. Fasilitator Utama mencatat, mengelompokkan, dan mengonsolidasikan semua temuan dari kelompok-kelompok ke dalam satu daftar utama yang dapat dilihat semua peserta.

○       Tujuan: Membangun gambaran kolektif mengenai lanskap eksternal GPI.1

Sesi 2: Analisis Lingkungan Internal (Menggunakan Model McKinsey 7-S)

Tujuan Sesi: Mengidentifikasi Kekuatan (Strengths) dan Kelemahan (Weaknesses) internal GPI dengan melihat keselarasan (atau ketidakselarasan) antar elemen organisasi.1

Langkah 2.1: Pengantar dan Penjelasan Model 7-S (15 menit)

○       Aktivitas: Fasilitator Utama menjelaskan Model McKinsey 7-S sebagai alat untuk "bercermin".1 Fasilitator menjelaskan 7 elemen 1:

■       "Hard S" (Elemen Keras): Strategy (Strategi), Structure (Struktur), Systems (Sistem).

■       "Soft S" (Elemen Lunak): Shared Values (Nilai-Nilai Bersama), Style (Gaya Kepemimpinan), Staff (Staf/SDM), dan Skills (Keterampilan).

○       Tujuan: Memberikan kerangka yang sistematis bagi peserta untuk mengevaluasi organisasi secara holistik.

Langkah 2.2: Evaluasi Kondisi Internal (45 menit)

○       Aktivitas: Dalam kelompok yang sama, peserta diminta untuk secara jujur mengevaluasi kondisi GPI saat ini untuk setiap elemen 7-S. Pertanyaan pemantiknya: "Untuk elemen, apa yang sudah berjalan sangat baik di GPI? Apa yang menjadi tantangan terbesar kita?".1

○       Tujuan: Menggali persepsi dan pengalaman nyata peserta mengenai realitas internal organisasi.

Langkah 2.3: Klasifikasi sebagai Kekuatan atau Kelemahan (20 menit)

○       Aktivitas: Setiap poin evaluasi diklasifikasikan sebagai Kekuatan (aset internal yang dapat diandalkan) atau Kelemahan (area internal yang perlu diperbaiki).1

○       Tujuan: Mengkategorikan hasil evaluasi untuk analisis strategis lebih lanjut.

○       Ilustrasi:

■       Elemen: Structure. Evaluasi: "Masih hierarkis dan berbasis silo komisi".1 Klasifikasi: Kelemahan.

■       Elemen: Shared Values. Evaluasi: "Keesaan Historis yang kuat sebagai fondasi".1 Klasifikasi: Kekuatan.

■       Elemen: Skills. Evaluasi: "Keahlian teologi mendalam (Kekuatan), namun kurang dalam manajemen digital (Kelemahan)".1 Klasifikasi: Kekuatan & Kelemahan.

Langkah 2.4: Presentasi dan Konsolidasi Pleno (40 menit)

○       Aktivitas: Setiap kelompok mempresentasikan 2-3 Kekuatan dan Kelemahan terpenting yang mereka identifikasi. Fasilitator Utama kembali mengonsolidasikan semua temuan ke dalam satu daftar utama.

○       Tujuan: Membangun gambaran kolektif mengenai kapabilitas internal GPI dan menyepakati daftar Kekuatan serta Kelemahan utama.


 


Bagian 2: Pihak yang Terlibat: Peran, Tugas, dan Tanggung Jawab

Keberhasilan tahap Pemetaan Konteks bergantung pada kontribusi yang jelas dari setiap pihak yang terlibat.

 

Pihak yang Terlibat

Peran Utama

Tugas Spesifik dalam Tahap Ini

Tanggung Jawab

Fasilitator Utama

Pemandu Proses

  • Menjelaskan kerangka PESTEL dan 7-S secara jelas.
  • Memastikan setiap kelompok memahami tugasnya dan diskusi berjalan produktif.
  • Tetap netral dan tidak memihak pada konten diskusi.
  • Mensintesiskan dan mengonsolidasikan hasil dari semua kelompok secara akurat.

Bertanggung jawab atas kualitas dan kelancaran proses, memastikan semua suara didengar dan tujuan setiap sesi tercapai untuk menghasilkan daftar O-T-S-W yang komprehensif.

Pimpinan Sinode Am GPI (BPHMSA) 

Penjaga Visi Strategis

  • Memberikan konteks awal mengenai tantangan dan peluang strategis yang sudah teridentifikasi (misal: krisis relevansi).
  • Berpartisipasi dalam kelompok untuk memberikan perspektif makro/sinodal.
  • Membantu memvalidasi prioritas Peluang, Ancaman, Kekuatan, dan Kelemahan di sesi pleno.

Bertanggung jawab untuk memastikan bahwa proses analisis tetap selaras dengan visi besar revitalisasi GPI  dan tidak kehilangan fokus strategisnya.

Pimpinan Sinode GBM (12 Gereja Bagian Mandiri) 1

Suara Kontekstual dari Lapangan

  • Memberikan data dan pengalaman nyata dari wilayah pelayanan masing-masing (misal: dampak PHK, tantangan kesenjangan digital).
  • Menyuarakan Kekuatan dan Kelemahan yang paling dirasakan oleh GBM mereka dalam hubungannya dengan Sinode Am (misal: otonomi sebagai Kekuatan).

Bertanggung jawab untuk memastikan analisis "membumi" dan mencerminkan realitas yang beragam di seluruh 12 GBM, sehingga strategi yang dihasilkan nantinya benar-benar relevan dan dapat diterapkan.

Ketua Komisi/Departemen Strategis GPI 1

Pakar Fungsional Internal

  • Memberikan data dan analisis mendalam sesuai bidang komisi (misal: Komisi Diakonia memberi data soal pengangguran pemuda; Komisi Pendidikan memberi data kapasitas SDM).
  • Membantu mengidentifikasi Kelemahan spesifik dalam Sistem dan Keterampilan (analisis 7-S).

Bertanggung jawab untuk memberikan kedalaman analisis pada area fungsional spesifik, memastikan evaluasi internal (7-S) didasarkan pada pemahaman yang akurat tentang kapabilitas organisasi saat ini.

Para Teolog & Pakar Manajemen Strategis

Pemberi Wawasan Eksternal

  • Menawarkan data atau tren eksternal (PESTEL) yang mungkin belum disadari peserta (misal: tren AI 1, model organisasi agile).
  • Menantang asumsi-asumsi internal dengan pertanyaan-pertanyaan kritis selama diskusi kelompok (misal: "Apakah struktur hierarkis  masih relevan?").

Bertanggung jawab untuk memperkaya dan mempertajam analisis, mencegah pemikiran yang terlalu berorientasi ke dalam (inward-looking), dan memastikan analisis konteks sekomprehensif mungkin.